Gita Wirjawan cs
Disuruh Sedia Payung Sebelum Hujan
Pengusaha Kadin Ributin Larangan Ekspor Rotan
Pengusaha Kadin Ributin Larangan Ekspor Rotan
|
|
RMOL.Kamar Dagang
Industri (Kadin) Indonesia menolak keras kebijakan Menteri Perdagangan (Mendag)
Gita Wirjawan yang akan menutup kran ekspor rotan. Kadin memihak ke eksportir.
“Kita
menolak kebijakan penutupan ekspor rotan karena merugikan perekonomian bangsa
dan mengancam kelestarian rotan,” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur di Menara Kadin, kemarin.
Kadin
memang secara khusus menggelar rapat bersama perwakilan asosias-asosiasi
dan perwakilan pelaku industri pengolahan rotan di daerah Jawa, Sumatera,
Sulawesi dan Kalimantan yang membahas larangan ekspor rotan yang dikeluarkan
pemerintah.
Natsir
menjelaskan, kebijakan penghentian ekspor rotan itu tidak dilandasi rasa
keadilan karena merugikan masyarakat.
Seharusnya,
pemerintah tidak buru-buru mengambil keputusan penghentian ekspor rotan. Apalagi,
saat ini potensi produksi rotan nasional Indonesia mencapai 300-400 ribu ton
per tahunnya
“Itu
semua tidak diserap oleh industri mebel dan produk rotan dalam negeri,”
ucapnya.
Karena
itu, politisi Beringin ini mengimbau pemerintah segera menerbitkan kebijakan
tata niaga rotan baru yang memperhatikan kepentingan industri hulu sampai
hilir produk rotan. Selain itu, pemerintah juga harus memperhatikan
kesejahteraan petani, pengumpul, pekerja, pengrajin serta pengusaha rotan.
Ketua
Umum Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI) Julius Hoesan menilai, pemerintah
tidak menyiapkan dengan baik keputusan untuk menyetop ekspor rotan. Sebab,
sampai saat ini pemerintah belum punya cara menyerap rotan dalam negeri.
“Harusnya
kan sedia payung sebelum hujan, tapi pemerintah malah sedia payung ketika
sudah hujan. Baru isu saja situasi sudah panas seperti ini, apalagi kalau peraturannya
sudah keluar,” katanya.
Menurut
Julius, populasi rotan dunia 90 persen terdapat di Indonesia. Di mana terdapat
lebih dari 530 jenis rotan dan 350 jenisnya tumbuh di hutan Indonesia.
Sedangkan
industri rotan dalam negeri, katanya, hanya mampu menyerap 10 persen dari
total potensi produksi rotan di Indonesia. Hal itu diperparah dengan menurunnya
kebutuhan industri mebel rotan tahun ini sebesar 15 ribu ton per tahun, dari
sebelumnya 30 ribu ton per tahun.
Julius
menilai, kebijakan pemerintah ini menyebabkan ketidakpastian usaha di bidang
rotan serta menyulitkan banyak pihak seperti petani dan pengusaha rotan,
sehingga rotan kehilangan nilai ekonominya.
Wakil
Ketua Umum Kadin Bidang Industri dan Perdagangan Bambang Sujagad mengatakan,
perlu tata niaga dalam industri komoditi rotan terkait penghentikan ekspor
rotan.
Menurut
Bambang, pemerintah harus bisa memilah mana rotan yang diperlukan dalam
industri dalam negeri dan mana yang tidak dibutuhkan.
Ia
mengatakan, populasi terbesar rotan di dunia ada di Indonesia. Karena itu,
penghentian ekspor rotan akan membuat komoditi tersebut menjadi sia-sia.
“Pemerintah
jangan asal buka tutup ekspor rotan. Harus tahu mana saja jenis-jenis rotan sehingga
manfaatnya baik buat kita semua,” paparnya.
Mendag
Gita Wirjawan menolak anggapan bahwa kebijakan penghentian ekspor rotan dilakukan
secara sepihak.
“Sebentar
lagi (peraturannya keluar). Pokoknya ini loh yang mau saya tekankan, kita tidak
sepihak, kita telah memperhatikan kepentingan di sisi pasok dan kebutuhan,”
ujar Gita.
Bekas
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini menyatakan, pemerintah
sudah yakin pengumpul (hulu) rotan tidak melakukan hal-hal di luar budidaya.
Keputusan penghentian ekspor ini pun, kata Gita, dilakukan agar hasil
produksi bisa diserap industri dalam negeri.
Bahkan,
kebijakan larangan ekspor rotan ini juga didukung oleh Menteri Perindustrian MS
Hidayat.
Sumber : Harian Rakyat Merdeka, Rabu, 09 November 2011 , 08:09:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar